Perbedaan Jualan dan Bisnis


Perbedaan Jualan dan Bisnis


Perbedaan Jualan dan Bisnis,5 perbedaan pengusaha dan pedagang,,apa bedanya bisnis dan usaha,,perbedaan pedagang dan penjual,,perbedaan pebisnis dan pengusaha,,perbedaan pedagang dan entrepreneur,,perbedaan wiraswasta dan pedagang,,persamaan pedagang dan wirausaha,,perbedaan pebisnis dan pedagang

Perbedaan Jualan dan Bisnis



Kita mulai...Bismillaah.
Pertama, saya ingin jelaskan apa itu MTM for Business.
MTM itu singkatan dari Mind Technology Mastery. Artinya, penguasaan teknologi pikiran manusia. Ada tambahan For Business, berarti kita akan manfaatkan keahlian itu untuk bisnis.
saat ini ada 3 angkatan kelas MTM for Business.
Sebenarnya, fokus utamanya memang bahasan seputar tentang bagaimana membangun sebuah bisnis.
Bisnis ya. Bukan jualan.
Karena kebanyakan orang nampaknya nggak paham beda antara jualan dan bisnis.
Bilangnya bisnis online, tapi semuanya masih dia sendiri yang ngerjain. Dia yang ngiklan, dia yang ngelayani pembeli, rekap orderan, komplain, kirim barang, dan sebagainya.
Jadi, goalnya adalah, yang selama ini masih sibuk jualan online, bisa naik kelas jadi bisnis online.
Salah satu bahasan yang ada di kelas MTM for Business adalah bahasan *The Principles Of Money*.
Kita akan bahas sekilas sore ini, biar teman-teman punya gambaran tentang kelas MTM for Business. Sebelum memutuskan untuk ikut kelasnya di Jakarta 24-25 Februari nanti.
Mungkin bisa juga lebih tepatnya judulnya "the principles of getting money". Prinsip-prinsip dalam menghasilkan uang.
Sebenarnya ini mindset dasar yang perlu ada di kepala kita. Tentang bagaimana seharusnya kita menghasilkan uang.
oke, kita bahas satu per satu
Dalam bahasan ini, kita sempitkan makna rezeki adalah uang. Penghasilan.
Pertama kali, yang perlu kita pahami adalah bahwa rezeki manusia itu sifatnya unpredictable. Dia nggak bisa diprediksi.
Karena dia nggak bisa diprediksi, maka dia punya potensi untuk nggak terbatas. Unlimited.
Jadi, ketika seseorang menjemput rezekinya dengan cara memiliki penghasilan yang nggak bisa diprediksi angka persisnya, maka dia pasti punya peluang untuk dapat penghasilan yang nggak terbatas banyaknya. Defaultnya begitu.
Sebaliknya, ketika seseorang bisa mengetahui dengan presisi berapa uang yang akan dia dapatkan dalam sebulan, maka potensi unlimitednya jadi hilang. Karena dia hanya mengandalkan dari sumber yang pasti itu saja.
Misal : Kasrun punya penghasilan tiap bulan yang tetap 10juta setiap bulan. Dia tau persis bahwa tiap bulan dia pasti dapat 10juta. Maka artinya dia punya penghasilan yang predictable. Sehingga, dia nggak mungkin punya peluang untuk punya penghasilan unlimited.

Apa yang perlu dia lakukan untuk punya penghasilan yang unlimited?

Anggap yang 10juta itu berasal dari satu kran penghasilan. Yang perlu dia lakukan adalah membuat kran baru yang aliran uangnya nggak bisa diprediksi. Supaya dia bisa memenuhi syarat untuk punya penghasilan yang unlimited.
Dia perlu punya kran penghasilan, yang dia punya kendali sepenuhnya untuk mengatur deras aliran uangnya.
Itu prinsip pertama.
Lanjut
Prinsipnya, kita hanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang nggak mungkin bisa dikerjakan orang lain.
Yang bisa dikerjakan orang lain, delegasikan. Kasi ke orang. Bayar orang lain.
"Saya nggak punya dana untuk bayar orang."

Oke, di awal, silakan kerjakan dulu sendiri. Tapi bikin target, agar kita bisa mendelegasikan semua pekerjaan teknis ke orang yang kita bayar.
Saya terbiasa bikin pola, ketika saya merekrut admin untuk mengurus bisnis baru, saya nggak menyiapkan dana untuk gajinya. Jadi, gajinya akan dibayar dari hasil penjualan selama sebulan.

"Gimana kalau nggak cukup uangnya?"

Alhamdulillah cukup tuh. Saya nggak gajian gapapa, yang penting admin bisa gajian. Tapi kalau strateginya tepat, insyaAllah aman kok.
Intinya begitu, kita fokus pada pekerjaan penting yang hanya kita yang bisa mengerjakan pekerjaan itu.
Di sebuah kelas preview lain, ada yang nyeletuk gini...

"Kok kayaknya kapitalis banget ya bang?"

Benarkah kapitalis banget?
Oke, mari kita buktikan.
Seandainya ada 2 kondisi...

kondisi pertama :
Kita jualan, jalan kaki dari rumah ke rumah, bawa-bawa gembolan barang, ngetok pintu rumah tetangga, panas-panasan, kalau hujan harus berteduh, dicurigain penipu/maling dan sejenisnya, udah ada yang mau eh minta nyicil 10 kali padahal untungnya cuma 20ribu.

Kondisi kedua :
Kita di rumah saja, nggak harus bawa-bawa barang kemana-mana, nggak perlu kena panas hujan, nggak perlu dicurigai macem-macem, jualan cash dan untungnya besar.


Pilih kondisi yang mana?
Itu kan sebenarnya fitrah manusia ya. Cuma ada 2 fitrah manusia ; mengejar kenyamanan, dan menghindari kesengsaraan. Manusiawi.
Jadi prinsip ketiga ini, stressing point nya adalah, supaya kita bisa berpikir untuk menyederhanakan pekerjaan.
Coba dipikirin baik-baik, apakah kerjaan kita itu menghabiskan waktu dan tenaga atau nggak.
Saya mau tanya,

"Untuk bisa sukses, kita harus kerja keras!"

Pernah dengar ungkapan itu ya?
Setuju dengan ungkapan itu?
aya pernah jam 11 malam ada di busway di jakarta. Bisnya masih penuh dengan orang-orang berkemeja rapi, berdasi, sepatu mengkilap. Saya mikir, orang-orang ini nyampe rumah sekitar jam12 paling nggak. Lalu tidur paling nggak jam1. Lalu nanti bangun jam4, dan jam5 harus sudah siap-siap berangkat ke kantor biar nggak kena macet. Besoknya begitu lagi, sampai rumah jam12, tidur jam1, bangun jam4 berangkat jam5.

Gajinya? Ah silakan diprediksi sendiri ya..

Kerja keras nggak itu?
Butuh waktu berapa lama kira-kira untuk bisa punya gaji 100juta sebulan?
Kalau pernah baca kisah bunda Khadijah radhiyallahu 'anha, pasti tau cara kerjanya beliau.

Kita nggak akan bisa menemukan cerita beliau jualan di pasar, menjajakan barang dagangannya. Berhadapan dengan pembeli dan semua aktivitas teknis lainnya.
Yang beliau lakukan adalah :

Merekrut seorang CEO. Lalu nanti ada tim ekspedisi yang akan membawa semua barang dagangan. Lalu CEO akan memimpin tim ekspedisi ini keluar kota dan keluar negeri.

Beberapa bulan kemudian, tim ekspedisi ini akan kembali ke Makkah. CEO akan memberikan laporan penjualan ke bunda Khadijah.
Sepengetahuan saya, bunda Khadijah nggak pernah ikut ekspedisi perdagangan ini. Entah kalau ada cerita yang lain ya.
Beliau sedang melakukan prinsip ketiga ini. Memperkecil effortnya dalam menghasilkan uang.
Jadi, jangan sampai kita menghabiskan umur kita untuk menghasilkan uang.
Makanya di kelas MTM for Business, peserta akan berdiskusi untuk membuat alur mekanisme bisnisnya. Membuatnya menjadi lebih sederhana, sampai jadi effortless.
Kita memang akan tetap bergelut dengan bisnis kita, tapi bukan menghabiskan tenaga dan waktu kita untuk mengurusnya.
Ada yang salah, ketika seseorang yang katanya mau bisnis, tapi hidupnya jadi sangat sibuk, nggak punya waktu untuk keluarganya.
Mending jadi PNS aja kalau gitu. Ibu mertua saya guru PNS, kerja cuma sampai jam 11 siang. Sisanya bisa santai di rumah.
oke lanjut
kekayaan/kemakmuran/kesejahteraan itu adalah sains, bukan keberuntungan. Bukan kebetulan.
Saya cukup meyakini, para sahabat Rasulullah itu begitu jor-joran dalam berinfaq, selain karena level keimanannya, juga karena mereka sangat mudah menghasilkan uang.
Coba saja bayangkan, betapa mudah Umar bin Khattab itu mewakafkan kebunnya yang paling produktif, hanya karena beliau terlambat 1 rakaat shalat asar berjamaah.
Betapa mudah Abu Bakar menginfaqkan semua hartanya dalam sebuah event perang.
Betapa mudah Abdurrahman bin Auf menginfaqkan paling sedikit 500 ekor kuda perang dalam setiap event perang.

Kuda perang itu, jauh lebih kuat daripada kuda pacuan. Kuda pacuan itu, harganya bisa mencapai 200jutaan. Mengerikan membayangkan jumlah infaq mereka.
Ada banyak sekali para sahabat yang membuktikan bahwa begitu mudahnya mereka menghasilkan uang.
Yang paling fenomenal dan banyak kisahnya memang Abdurrahman bin Auf.
izinkan saya cerita ini
Ketika akan berhijrah ke madinah, ada banyak sahabat Rasulullah yang dilarang membawa hartanya. Salah satunya adalah Abdurrahman bin Auf.

Beliau meninggalkan hartanya di Makkah. Berangkat ke Madinah hanya berbekal seadanya.
Nggak punya harta sama sekali.
Sampai di Madinah, semua sahabat muhajirin saling dipersaudarakan dengan sahabat anshar.
Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa'd bin Rabi'
Sa'd adalah konglomerat di Madinah.
Sa'd bilang ke Abdurrahman,

"Saya punya dua orang istri, kalau kamu mau, saya ceraikan satu kamu nikahi setelah habis masa iddahnya. Saya punya banyak harta. Kalau kamu mau, ambil separuhnya."
Tapi betapa mengagumkan jawaban Abdurrahman bin Auf
"Semoga Allah berkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja pada saya dimana pasar kalian. " Begitu jawabnya.
Dalam kurun waktu seminggu menurut sebagian riwayat, Abdurrahman bin Auf sudah memegang kendali uang di pasar. Beliau sudah jadi market leader.
Luar biasa kemampuan Abdurrahman bin Auf menghasilkan uang.
Kenapa bisa begitu cepat ?
Jawabnya, karena Abdurrahman bin Auf sudah punya pola & strukturnya. Beliau sudah pernah jadi orang yang sangat kaya di makkah.
Beliau tinggal mengulang polanya.
Begitupun para sahabat yang lain. Rata-rata bisa kembali sejahtera dalam waktu singkat.
Ini membuktikan bahwa kemakmuran itu bukan kebetulan.
Jadi kalau ada orang yang pelit dan ketakutan hartanya habis, kemungkinan besar dia nggak paham polanya. Mungkin uangnya banyak karena warisan.
oke, lanjut
Jadi, kita sudah paham. Bahwa sebenarnya nggak perlu kita mengejar uang. Karena kita bisa membuat sebuah skenario agar uang yang mengejar kita.
Kemarin di Padang, ketika saya menjelaskan materi ini untuk para jamaah masjid, ada seorang bapak yang berkomentar sinis, "Kayaknya terlalu jauh deh..karena selama ini kita yang mengejar uang."
Saya jawab, "Ketika saya bikin materi ini, saya nggak asal bikin. Semua sudah saya buktikan. Kalau saya bilang sebenarnya uang bisa mengejar kita, ya begitulah kenyataannya. Saya ada di masjid ini saat ini, barusan karyawan saya transfer uang ke saya. Dan memberikan laporan penjualan. Dan uangnya nggak cuma 100-200ribu."

Saya nggak perlu sebutkan bahwa angkanya cukup untuk beli sebuah mobil bekas yang masih layak pakai.
Ini mindset yang perlu ada dulu.
Supaya kita punya bayangan untuk membuat tindakan-tindakan yang tepat dalam urusan menghasilkan uang.
Supaya nantinya kita benar-benar bisa membuat uang bertekuk lutut dihadapan kita. Kita bisa membuat uang yang bekerja untuk kita.
Karena tugas kita di dunia ini bukan untuk nyari uang.
SEKIAN
Saya dulu punya masalah dengan utang. Tapi bukan utang karena bisnis. Tapi utang untuk bertahan hidup.

Nanti saya ceritakan pengalaman hidup hanya punya uang 2ribu perak dan dibelikan tempe sepotong untuk makan pagi siang dan malam. Sudah punya anak & istri.

Yang saya lakukan saat itu adalah terus menambah kapasitas diri saya. Saya belajar habis-habisan. Saya bahkan pinjam uang ke mertua untuk bisa ikut training-training berharga jutaan.

Karena saya sangat yakin, hanya dengan menambah kapasitas diri saya, rezeki saya bisa bertambah. Karena hanya dengan begitu saya bisa menambah daya tampung rezeki saya. Dan terbukti. Kondisi finansial saya terus membaik. Alhamdulillah.

Kapasitas diri kita ternyata berbanding lurus dengan daya tampung kita terhadap rezeki.

Semoga bermanfaat
Sumber : Ki Jenderal Nasution MTM for Business


Perbedaan Jualan dan Bisnis






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MALAIKAT TAK MAMPU MENULISKAN PAHALANYA

TIPS AGAR PERIMINTAAN PERTEMANAN KITA DITERIMA

Cara Menghitung Harga Jual